SUNGGUH SANGAT KETERLALUAN APA YANG DILAKUKAN OLEH SEORANG ANAK KEPADA ORANG TUANYA YANG SUDAH RENTA.
Merasa orang tuanya sudah tidak berdaya dan hanya membuat kehidupan sang anak susah, seorang anak mengirimkan orang tuanya yang sudah renta tersebut ke tempat panti asuhan orang-orang jompo.
Mungkin bagi sang anak, dengan orang tuanya yang sudah renta tersebut dititipkan di tempat asuhan atau panti tersebut, maka kehidupan orang tuanya lebih baik, atau bahkan, bagi si anak akan mengurangi beban hidupnya. Tapi, tahukah anda, mungkin pada saat sang anak menitipkannya di rumah panti, dalam hatinya orang tua tersebut menangis dan ingin berontak. Tapi, orang tua rela dititipkan ditempat panti, asal anaknya hidup bahagia.
Mungkin bagi sang anak, dengan orang tuanya yang sudah renta tersebut dititipkan di tempat asuhan atau panti tersebut, maka kehidupan orang tuanya lebih baik, atau bahkan, bagi si anak akan mengurangi beban hidupnya. Tapi, tahukah anda, mungkin pada saat sang anak menitipkannya di rumah panti, dalam hatinya orang tua tersebut menangis dan ingin berontak. Tapi, orang tua rela dititipkan ditempat panti, asal anaknya hidup bahagia.
Inikah balasan dari seorang anak kepada orang tuanya yang telah susah payah membesarkannya dan merawatnya dari kecil hingga dia dewasa seperti sekarang.
Bukankah orang tua kita, begitu kesakitan dan sengsaranya saat kita masih dalam kandungannya. Tidur susah, berjalan sakit, bahkan untuk melakukan apa pun dia kesakitan. Tapi, apakah orang tua kita mengeluh? Apakah orang tua kita kecewa? Tidak. Orang tua kita malah senang dan bahagia dengan kita berada didalam kandungannya.
Bukankah orang tua kita, begitu kesakitan dan sengsaranya saat kita masih dalam kandungannya. Tidur susah, berjalan sakit, bahkan untuk melakukan apa pun dia kesakitan. Tapi, apakah orang tua kita mengeluh? Apakah orang tua kita kecewa? Tidak. Orang tua kita malah senang dan bahagia dengan kita berada didalam kandungannya.
Kemudian saat kita terlahir di dunia ini, orang tua kita mempertaruhkan hidupnya untuk sang anak. Bahkan, orang tua kita lebih baik mati, daripada nanti anaknya saat lahir meninggal. Sementara sang suami, menjaga selama proses kelahiran (hingga tidak tidur semalaman) dan juga tak henti-hentinya berdo’a kepada Yang Maha Kuasa, agar kelak keduanya (anak dan istri) selamat pada saat proses melahirkan. Dan karuan saja, ketika kita dilahirkan kedunia dalam keadaan selamat (ibu dan anak), orang tua kita menagis terharu dan bangga, bahkan tanpa ada yang memerintah, ayah pun melakukan sujud syukur.
Saat kita masih bayi, kita sering mengganggu kenyamanan kehidupan orang tua kita. Malam-malam, ketika orang tua kita tertidur dengan lelapnya karena kecapean setelah seharian bekerja, terbangun karena mendengar tangisan sang bayi. Marahkah mereka? Kesalkah mereka? Tidak, mereka tidak marah ataupun kesal, tapi mereka dengan antusias menggendongnya atau mengganti popoknya yang sudah basah karena ompol kita. Setelah melihat sang anak sudah tidak mengais, orang tua pun tertidur kembali sambil selalu siap siaga.
Pada saat kita sudah bisa merangkak, orang tua kita selalu sangat hati-hati dan menjaga kita dengan ekstra ketat, karena takut jika anaknya merangkak jauh dan menabrak apa yang ada didepannya (karena pada saat itu kita belum tahu apa-apa). Atau yang lebih sangat mengkhawatirkan orang tua kita adalah kalau anaknya takut jatuh dari atas tempat tidur, karena sifat bandel anak-anaknya.
Pada saat kita sudah mengerti maenan, kemudian melihat ada penjual maenan. Kita menangis dan merengek kepada kedua orang tua kita, karena ingin maenan tersebut. Lalu, orang tua pun kita memberlikannya, meski pada saat itu, orang tua kita tidak mempunyai uang sama sekali, orang tua kita rela menghutang ke tetangga atau ke si penjual tersebut, hal tersebut dilakukannya hanaya untuk memberikan kesenangan kepada anaknya, atau agar anaknya tidak menangsi dan merengek-rengek lagi.
Pada saat kita sudah mulai masuk sekolah di tingkat taman kanak-kanak, orang tua kita sangat sibuk untuk membeli perlengkapan sekolah anaknya. Dari membeli sepatu, baju seragam, hingga peralatan sekolah lainnya. Meski gaji bulanannya tidak cukup (hanya untuk makan sebulan), orang tua kita rela menghabiskannya untuk membeli perlengkapan sekolah kita. Itu semua dilakukan orang tua kita, agar kita bisa bersekolah dan bisa mendapatkan pendidikan seperti anak-anak lainya.
pada saat kita sudah tamat dari sekolah tingkat atas (SMA/sederajatnya), orang tua kita sangat kebingungan, apa anaknya cukup sekolah sampai disitu saja, ataukah melanjutkan keperguruan tinggi. Orang tua menimbang-nimbang terlebih dahulu, karena melihat gaji yang dimilikinya mungkin saja tidak cukup dengan biaya kuliah anaknya nanti. Tapi, dengan keberanian dan kenekatan orang tua kita, karena tidak ingin melihat anaknya sama dengan nasib orang tuanya, akhirnya dengan gaji yang pas-pasaannya tersebut, kita pun dimasukan ke perguruan tinggi. Tentenya, orang tua berharap agar kita menjadi lebih baik dari orang tuanya dan pada saatnya akan mendapatkan pekerjaan yang layak untuk kehidupannya tersebut.
Pada saat kita akan diwisuda, orang tua kita sangat senang dan bangga melihatnya. Pada saat itu, orang tua kita meneteskan air matanya dan berdo’a kepada Tuhan, semoga kita menjadi anak yang bermanfaat dan kelak mendapatkan kehidupan yang lebih layak dibandingkan kehidupannya. Pada saat melakukan foto bersama dengan anaknya, orang tua kita ingin menagis, tapi, mereka manahannya, karena tidak mau melihat kebahagiaan yang telah dirasakan anaknya terbawa menjadi kesedihan.
Pada saat kita sedang mencari pekerjaan demi pekerjaan, orang tua kita selalu berdo’a tidak henti-henti kepada Tuhan, harapannya adalah agar kita bisa diberikan pekerjaan yang layak dan baik buat kita. Dan ketika kita sudah mendapatkan pekerjaan, orang tua kita menangis terharu dan melakukan sujud sykur kepada Tuhan, karena do’anya telah dikabulkan. Apakah kasih sayang orang tua kita sudah sampai disitu saja?
Ternyata tidak, orang tua kita selalu dan selalu berdo’a buat kita, agar selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam bekerja. Dan setelah anaknya berhasil dengan pekerjaannya. Kemudian. Orang tua berkata kepada kita, sekarang sudah saatnya kita untuk mencari pasangan hidup agar tidak kesepian.
Setelah kita sudah mendapatkan pendamping untuk hidup kita, kemudian meminta ijin untuk menikah. Orang tua pun dengan perasaan bangga memberikan do’a restu kepada kita untuk menikah. Pada saat pernikahan benar-benar berlangsung, orang tua kita terharu sekaligus bangga dengan kita. Kemudian orang tua kita berdo’a kepada Tuhan, semoga pernikahan kita mendapatkan keberkahan dan dijadikan sebagai keluarga yang bahagia baik didunia maupun di akherat. Pada saat itu pula orang tuanya berkata, Tuhan sekarang tugas saya sebagai orang tua sudah selesai, kini anak saya sudah tumbuh menjadi dewasa dan sudah mempunyai keluarga sendiri. Namun, saya tidak begitu saja melepaskan anak saya, saya selalu meminta kepadamu Tuhan, jadikan anak saya sebagai orang sukses.
Pada saat kehidupan rumah tangga kita diberikan anak, maka orang tua kita sangat senang mendengarnya, karena orang tua kita mendapatkan cucu. Pada saat itu pula, orang tua kita berdo’a agar kelak cucunya menjadi anak yang sholeh dan berguna.
Namun, setelah itu kita berubah. Setelah kita mendapatkan kesuksesan dan sudah mempunyai keluarga sendiri, seakan-akan kita lupa dengan orang tua kita yang telah merawat kita dari kecil hingga sukses seperti ini. Dan ketika kita melihat orang tua kita sudah renta dan hanya membuat kita susah, tidak sedikit dari kita yang mengirimkannya ke tempat panti asuhan. Ya, kita sudah benar-benar lupa dengan apa yang telah orang tua lakukan buat kita. Sakit hatikah orang tua kita pada saat anaknya mengirmkannya ke sebuah panti asuhan? Ternyata tidak. Malahan, orang tua kita berdo’a kepada Tuhan, ya Tuhan jika memang kehidupanku hanya membuat anakku menderita, biarlah aku ikhlas hidup di panti asuhan ini. Tuhan, ampunilah dosa anak-anakku, ampunilah segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangannya. Jika dia berada dijalan kesesatan, maka luruskanlah kejalanMu, agar anakku menjadi anak yang bertakwa kepadaMu. Tuhan, berikanlah kekuatan selalu kepada anakku dalam menghadapi semua ujianMu didunia ini.
***
Meski balasan dari seorang anak kepada orang tuanya buruk, orang tua kita selalu mendo’akan anak-anaknya. Kasih sayang orang tua tidak akan hilang ditelan zaman. Bahkan, hingga orang tua kita sudah menghadap sang Maha Kuasa, disana mereka akan selalu mendo’akan anak-anaknya.
Renungkan dan hayati wahai saudaraku, orang tua kita tidak mengaharapkan balasan dari anak-anaknya, orang tua kita tidak ingin apa-apa pun dari kita. Yang orang tua kita inginkan dari kita adalah semoga anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi yang lainnya, itu sudah cukup bagi mereka.
Kalaupun kita bisa membalas jasa orang tua, itu hanya sedikit, bahkan sedikit sekali. Meski kita membelikannya rumah mewah, mobil yang mahal, kalung emas, atau pun yang lainnya, itu belumlah cukup untuk membalas semua kebaikan dan kasih sayang yang telah orang tua berikan kepada kita (anak-anaknya).
Bagi yang orang tuanya masih hidup, marilah sekarang kita sayangi dan berbaktilah kepada mereka, kapanlagi kita berbakti selain saat ini. Apakah harus menunggu orang tua kita meninggal, baru kita berbakti kepada mereka? Apakah harus menunggu saat sedang keadaan sakit, baru kita berbakti kepada mereka?
Masikah ada yang perhatian kepada orang tua kita, yang sudah tua renta? Sudahkah kita sebagai anak membalas semua kebaikan orang tua yang telah membesarkan kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar